Mengolah Limbah Kulit Ikan Jadi Bahan Kerajinan


Kulit ikan hasil samakan Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi, Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BBRPPB-BRKP) bisa menghasilkan bahan baku untuk kerajinan seperti sepatu, tas, dompet, ikat pinggang, sarung HP dan jaket.

Unik menjadi kelebihan lain kerajinan dari bahan baku kulit ikan. Keunikan ini pula, pada tahun 1986, Ibu Tien Soeharto (aim), Ibu Negara waktu itu, ketika hendak melakukan kunjungannya ke Eropa berkenan memakai sepatu kulit ikan cucut dan tas dari ikan hiu. Beliau memesan produk tersebut di Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi (BBRPPB), Slipi, Jakarta.

BBRPPB memang meneliti penyamakan kulit ikan menjadi bahan baku kerajinan ini sejak tahun 1980-an. Artinya sebelum industri dan kerajinan perkulitan berkembang seperti sekarang, pemanfaatan limbah ikan (kulit ikan) menjadi bahan bernilai tambah telah dirintisnya sejak mula.

“Namun kami akui, sosialisasi kami memang kurang, sehingga penyamakan ini kurang bermasyarakat,” ungkap Kepala Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi (BBRPPB) Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP Hari Eko Irianto kepada Demersal baru-baru ini di Jakarta.

Melalui pengembangan teknologi penyamakan kulit, kulit ikan yang semula dianggap sebagai limbah yang kurang termanfaatkan dan tidak mempunyai nilai jual, saat ini justru berpeluang menjadi bahan baku industri kerajinan yang sangat potensial. Padahal sampai saat ini kulit ikan lebih banyak diperuntukkan menjadi kerupuk ikan yang nota bene tidak terlalu bernilai tambah tinggi.

Di Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi, Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BBRPPB-BRKP), misal, hampir jenis ikan, ikan laut khususnya, sudah dilakukan riset dan penyamakan. Mulai dari kerapu, patin, tuna, nila, pari bahkan sampai kodok. Walhasil semua itu bisa diolah menjadi sebuah kerajinan bernilai tambah.

“Tinggal mengembangkan saja. Kita kan cuma risetnya, kemampuan untuk mengembangkan secara missal sangat terbatas pada anggaran. Selanjutnya kalau bisa ini menjadi kewenangan Ditjen Teknis yang akan mengembangkannya di masyarakat,” katanya.

Menurut Hari Eko, kulit yang telah melalui proses penyamakan sampai finishing, mempunyai nilai tambah yang cukup tinggi yaitu antara 30 – 60 %. Bahkan dengan penyamakan yang baik, nilai tambah bisa mencapai lebih dari 60 % dari nilai semula.

Seperti halnya penyamakan pada kulit hewan seperti kambing (domba), penyamakan kulit ikan pun memiliki kekuatanyang sama. Namun kelebihan dari hasil samakan kulit ikan adalah mempunyai tekstur sangat bagus dan lembut. Bahkan dari beberapa jenis seperti ikan pari dan hiu mempunyai corak sangat menarik dan beragam.

Namun demikian, kata Hari Eko, walau masih dalam skala terbatas pihaknya telah melakukan produksi untuk jenis-jenis produk seperti tas, sepatu, sarung HP dan lainnya. Untuk sarung HP telah memproduksi lebih dari seratus biji karena banyaknya pesanan di kalangan sendiri, di lingkup DKP. Sementara untuk produk lainnya tergantung adanya pesanan.

Peluang Pasar

Untuk memasyarakatkan kulit ikan sebagai produk bernilai tambah, BBRPPB-BRKP dalam waktu dekat akan melakukan temu bisnis dengan para stakeholder termasuk masyarakat nelayan. “Kami memang perlu melakukan ini agar kulit ikan memiliki nilai tambah ini dapat diketahui umum oleh masyarakat,” kata Hari Eko.

Menurutnya, pasar produk kerajinan dari kulit di dalam maupun luar negeri sangat besar. Ekspor produk kulit Indonesia pada periode tahun 2000-2004 mengalami peningkatan yaitu dari US$ 1,225 miliar pada tahun2000 menjadi US$3,106 miliar pada tahun 2004.

Pasar-pasar produk hasil samakan dan produk kulit ikan banyak disukai di luar negeri seperti di Jepang, Korea, Hongkong, China, Amerika Serikat dan hampir sebagian Negara-negara Eropa.

Dari data ekspor fillet ikan nila saja di pasar Amerika Serikat tahun 2004 mencapai 4,5 ribu ton atau meningkat sebesar 18.6 % dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencapai 3.6 ribu ton. Padahal posisi tersebut masih jauh di bawah China untuk ekspor ikan jenis yang sama.

Permintaan akan fillet nila memang cukup tinggi. Bahkan pada beberapa restoran di luar negeri fillet nila digunakan sebagai pengganti ikan kakap yang harganyajauh lebih mahal. Kondisi tersebut menjadikan daerah produksi seperti Jawa Barat yang menjadi sentra produksi terbesar di samping Propinsi Jawa Tengah, Sulawesi Utara sangat potensial sebagai penghasil kulit ikan.

Di daerah lainnya sebenarnya telah banyak diproduksi limbah dari kulit ikan kakap. Tercatat produksi pada tahun 2004 mencapai sekitar 3 7 ribu ton dengan sentra produksi meliputi Propinsi Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Nanggroe Aceh Darussalam.

Harganya pun cukup menjanjikan. Tas yang terbuat dari kulit ikan pari saja bisa dihargai Rp 800 ribu. Untuk dompet minimal Rp 150 ribu dan sepatu seharga Rp 300 ribu. Sedangkan harga tas dan sepatu kulit ikan tersebut yang telah diproduksi pengrajin Tangulangin-Sidoarjo dan Semarang adalah Rp 150.000 sampai Rp 300.000.

Untuk kulit ikan kakap dan kerapu berukuran lebar 12-15 cm yang sudah disamak mencapai Rp 25.000. Sementara kulit ikan nila yang didapatkan dari pabrik (belum disamak) seharga RplO ribu perkilogramnya. Untuk ikan kerapu dari pabrik Rp 2.500 per kilo yang terdiri dari 10 lembaran.

Sayangnya menurut Hari Eko masih banyak bahan baku yang dijual langsung ekspor. “Padahal kita mampu memproduksi kulitnya untuk disamak terlebih dahulu. Akibatnya, untuk jenis ikan tertentu seperti kulit ikan pari jadi sulit didapat. Mereka langsung mengekspor, mungkin ke Paris,” katanya.

Namun soal ketersediaan pasokan bahan baku, Hari Eko optimis, bila kulit ikan sudah mampu dikembangkan secara massal oleh masyarakat, pasokan pasti berlimpah. Soalnya di beberapa daerah, baik di pabrik pengolahan maupun individu, kulit ikan belum dimanfaatkan secara optimal karena mereka masih menganggap kulit ikan sebagai limbah.

“Harapan kami ke depan industri kulit ikan berkembang untuk semacam souvenir mengingat kita memiliki bahan baku yang berlimpah. Untuk itu Kami siap melatih bagi mereka yang berminat melakukan cara penyamakan kulit ikan ini,” harapnya

Sumber : http://www.dkp.go.id

1 thoughts on “Mengolah Limbah Kulit Ikan Jadi Bahan Kerajinan

  1. NUMPANG INFO YA BOS… bila tidak berkenan silakan dihapus:-)

    LOWONGAN KERJA GAJI RP 3 JUTA HINGGA 15 JUTA PER MINGGU

    1. Perusahaan ODAP (Online Based Data Assignment Program)
    2. Membutuhkan 200 Karyawan Untuk Semua Golongan Individu yang memilki koneksi internet. Dapat dikerjakan dirumah, disekolah, atau dikantor
    3. Dengan penawaran GAJI POKOK 2 JUTA/Bulan Dan Potensi penghasilan hingga Rp3 Juta sampai Rp15 Juta/Minggu.
    4. Jenis Pekerjaan ENTRY DATA(memasukkan data) per data Rp10rb rupiah, bila anda sanggup mengentry hingga 50 data perhari berarti nilai GAJI anda Rp10rbx50=Rp500rb/HARI, bila dalam 1bulan=Rp500rbx30hari=Rp15Juta/bulan
    5. Kami berikan langsung 200ribu didepan untuk menambah semangat kerja anda
    6. Kirim nama lengkap anda & alamat Email anda MELALUI WEBSITE Kami, info dan petunjuk kerja selengkapnya kami kirim via Email >> http://uangtebal.wordpress.com/

Tinggalkan Balasan ke Silvi Anggraini Batalkan balasan